Selasa, 25 Juni 2013

Kumpulan Kultum Ramadhan Singkat dan Praktis | Muro'i El-Barezy

Kumpulan Kultum Ramadhan Singkat dan Praktis | Muro'i El-Barezy

Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta

Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta: Hadis Nabi Tentang Cinta




Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta
Hadits adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad SAW. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur'an. Berikut ini adalah beberapa Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta tentunya berkaitan dengan cinta yang dirangkum dari berbagai sumber. Semoga dengan mengetahui dan mengamalkan hadits-hadits tentang cinta ini, kita dapat mejadi orang yang lebih baik.



1. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah. Maka ia sesungguhnya telah memperoleh kesempurnaan iman."



2. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya disisi Allah."



Sahabat bertanya:

"Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka?"



Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab:



"Mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita." (H.R. Abu Daud)



3. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:



"Dan sebagian dari dari tanda-tanda kebesaran Nya adalah Dia menciptakan pasangan–pasangan bagi kalian dari jenis kalian, agar kalian merasa tenang pada pasangan kalian dan Dia menjadikan diantara kalian rasa kasih sayang dan cinta. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda bagi orang-orang yang berfikir." (QS. Ar-Ruum: 21)



4. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah sesuatu sesukamu maka sesungguhnya kamu akan berpisah. Berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan bertemu dengannya." (H.R. Hakim)



5. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda yang artinya sebagai berikut:



"Syirik itu lebih halus dari perjalanan semut yang halus di atas batu licin, di malam gelap gulita dan serendah – rendahnya syirik adalah engkau mencintai seseorang karena kekurangannya dan membenci seseorang karena ke adilannya. Bukanlah agama itu, kecuali cinta dan benci."



6. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman : Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dengan menunggu-Ku dihari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku." (H.R. Muslim)



7. Allah SWT. berfirman:



"Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku." (Hadits Qudsi)



8.  Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya malaikat berkata,



Kau mau kemana?



Ia menjawab, "Aku ingin mengujungi saudaraku di desa ini"

Malaikat terus bertanya, "Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu?"

Ia menjawab, "Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT"

Malaikat berkata, "Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya". (H.R. Muslim)



9. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka." (H.R. Bukhari-Muslim)



10. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu saudaranya yang muslim, lalu ia memegang tangannya (berjabat tangan) gugurlah dosa keduanya sebagaimana gugurnya daun dan pohon kering jika ditiup angin kencang. Sungguh diampuni dosa mereka berdua, meski sebanyak buih dilaut." (H.R. Tabrani)



11. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu." (HR. Al-Tirmidzi)



12. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai. Tidakkah aku tunjukkan kepada kalian mengenai sesuatu yang ketika kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!." (HR. Muslim)



13. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"ya Allah, berilah aku rezeki cinta Mu dan cinta orang yang bermanfaat buat ku cintanya di sisiMu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan untukku diantara yang aku cintai, jadikanlah itu sebagai kekuatanku untuk mendapatkan yang Engkau cintai. Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara sesuatu yang aku cintai, jadikan itu kebebasan untuku dalam segala hal yang Engkau cintai." (H R. Al-Tirmidi)



14. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, "siapa mereka itu?", "mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah 'Azzawajalla." (HR. Ahmad)



Itulah beberapa Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta, dimana kita bisa mengurai makna dari kata cinta. Mudah-mudahan bermanfaat. Aamiiin 


*** Hadits dirangkum dari berbagai sumber.

Terima kasih telah membaca artikel: Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta

Sumber:

Catatan Kecilku

BID'AH

Bid'ah (Arab:بدعة) adalah perbuatan dalam beribadah yang dikerjakan tidak menurut contoh yang sudah ditetapkan, termasuk menambah atau mengurangi ketetapan. Secara linguistik, istilah ini memiliki arti inovasi, pembaruan, atau doktrin sesat.[1]

Bidah dalam Islam[sunting]

Bagian dari seri Islam 
Ushul fiqih

(Sumber-sumber hukum Islam)
Fiqih
Ahkam
Gelar cendekiawan
Bid‘ah (Bahasa Arab: بدعة) dalam agama Islam berarti sebuah peribadahan yang tidak pernah diperintahkan ataupun dicontohkan oleh Nabi Muhammad, tetapi banyak dilakukan oleh umatnya. Hukum dari bid'ah menurut pendapat para ulama Salaf adalah haram. Perbuatan dimaksud ialah perbuatan baru atau penambahan dalam hubungannya dengan peribadatan dalam arti sempit (ibadah mahdhah), yaitu ibadah yang tertentu syarat dan rukunnya.
Pemakaian kata bid'ah tersebut di antaranya ada pada :
  • Firman Allah ta’ala : بَدِيعُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
”(Dialah Allah) Pencipta langit dan bumi.” (Q.s.2:117)
  • Firman Allah ta’ala : قُلْ مَا كُنتُ بِدْعاً مِّنْ الرُّسُلِ
” Katakanlah (hai Muhammad), “Aku bukanlah rasul yang pertama di antara rasul-rasul.” (Q.s:46:9)
  • Perkataan اِبتدع فلانٌ بدعة
Maknanya: Dia telah merintis suatu cara yang belum pernah ada yang mendahuluinya.
  • Perkataan هذاأمرٌبديعٌ
Maknanya: Sesuatu yang dianggap baik yang kebaikannya belum pernah ada yang menyerupai sebelumnya. Dari makna bahasa seperti itulah pengertian bid’ah diambil oleh para ulama.
  1. Jadi membuat cara-cara baru dengan tujuan agar orang lain mengikuti disebut bid’ah (dalam segi bahasa).
  2. Sesuatu perkerjaan yang sebelumnya belum perna dikerjakan orang juga disebut bid’ah (dalam segi bahasa).
  3. Terlebih lagi suatu perkara yang disandarkan pada urusan ibadah (agama) tanpa adanya dalil syar’i (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dan tidak ada contohnya (tidak ditemukan perkara tersebut) pada zaman Rosulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam maka inilah makna bid’ah sesungguhnya.
Secara umum, bid'ah bermakna melawan ajaran asli suatu agama (artinya mencipta sesuatu yang baru dan disandarkan pada perkara agama/ibadah).
Para ulama Salaf telah memberikan beberapa definisi bid'ah. Definisi-definisi ini memiliki lafadl-lafadlnya berbeda-beda namun sebenarnya memiliki kandungan makna yang sama.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, mengatakan bahwa bidah dalam agama adalah perkara yang dianggap wajib maupun sunnah namun yang Allah dan rasul-Nya tidak syariatkan. Adapun apa-apa yang Ia perintahkan baik perkara wajib maupun sunnah maka harus diketahui dengan dalil-dalil syariat.
Imam Syathibi, bid'ah dalam agama adalah satu jalan dalam agama yang diciptakan menyamai syariat yang diniatkan dengan menempuhnya bersungguh-sungguh dalam beribadah kepada Allah.
Ibnu Rajab, bidah adalah mengada-adakan suatu perkara yang tidak ada asalnya dalam syariat. Jika perkara-perkara baru tersebut bukan pada syariat maka bukanlah bidah, walaupun bisa dikatakan bidah secara bahasa
Imam as-Suyuthi, beliau berkata, bidah adalah sebuah ungkapan tentang perbuatan yang menentang syariat dengan suatu perselisihan atau suatu perbuatan yang menyebabkan menambah dan mengurangi ajaran syariat.
Dengan memperhatikan definisi-definisi ini akan nampak tanda-tanda yang mendasar bagi batasan bidah secara syariat yang dapat dimunculkan ke dalam beberapa point di bawah ini :
  1. Bahwa bidah adalah mengadakan suatu perkara yang baru dalam agama. Adapun mengadakan suatu perkara yang tidak diniatkan untuk agama tetapi semata diniatkan untuk terealisasinya maslahat duniawi seperti mengadakan perindustrian dan alat-alat sekedar untuk mendapatkan kemaslahatan manusia yang bersifat duniawi tidak dinamakan bidah.
  2. Bahwa bidah tidak mempunyai dasar yang ditunjukkan syariat. Adapun apa yang ditunjukkan oleh kaidah-kaidah syariat bukanlah bidah, walupun tidak ditentukan oleh nash secara khusus. Misalnya adalah apa yang bisa kita lihat sekarang: orang yang membuat alat-alat perang seperti kapal terbang,roket, tank atau selain itu dari sarana-sarana perang modern yang diniatkan untuk mempersiapkan perang melawan orang-orang kafir dan membela kaum muslimin maka perbuatannya bukanlah bidah. Bersamaan dengan itu syariat tidak memberikan nash tertentu dan rasulullah tidak mempergunakan senjata itu ketika bertempur melawan orang-orang kafir. Namun demikian pembuatan alat-alat seperti itu masuk ke dalam keumuman firman Allah taala,Dan persiapkanlah oleh kalian untuk mereka (musuh-musuh) kekuatan yang kamu sanggupi.Demikian pula perbuatan-perbuatan lainnya. Maka setiap apa-apa yang mempunyai asal dalam sariat termasuk bagian dari syariat bukan perkara bidah.
  3. Bahwa bidah semuanya tercela (hadits Al 'Irbadh bin Sariyah dishahihkan oleh syaikh Al Albani di dalam Ash-Shahiihah no.937 dan al-Irwa no.2455)
  4. Bahwa bidah dalam agama kadang-kadang menambah dan kadang-kadang mengurangi syariat sebagaimana yang dikatakan oleh Suyuthi di samping dibutuhkan pembatasan yaitu apakah motivasi adanya penambahan itu agama. Adapun bila motivasi penambahan selain agama, bukanlah bidah. Contohnya meninggalkan perkara wajib tanpa udzur, maka perbuatan ini adalah tindakan maksiat bukan bidah. Demikian juga meninggalkan satu amalan sunnah tidak dinamakan bidah. Masalah ini akan diterangkan nanti dengan beberapa contohnya ketika membahas pembagian bidah.

Hukum Saling Tidak Bertegoran


Hukum Saling Tidak Bertegoran

Ust Dr Abdullah Yasin
(١) عَنْ أَبِى أَيُّوبِ رَضِى اللهُ عَنْهُ أنَّ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ يُحِلُّ لِمُسْلِمٍٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثِ لَيَالٍ، يَلْتَقِيَانِ فَيُعرِصُ هَـٰذا وَيُعْرِصُ هَـٰذا وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأ بِالسَّلاَمِ
(رواه البخارى ومسلم)
(٢) قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَمَنْ هِجَرَ فَوقَ ثَلاَثٍ فَمَاتُ دَخَلَ النَّارَ
(٣) قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ هِجَرَ أخَاهُ سَنَة كَسَفْكِ دَمِهِ
Terjemahan:
(1) Daripada Abi Ayyub (ra) bahwa Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) bersabda: “Tidak halal bagi seorang muslim tidak bertegoran dengan saudaranya (seagama) lebih dari tiga malam; mereka bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu juga berpaling, dan yang paling baik di antara mereka berdua ialah siapa yang memulai salam”.
[Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim]
(2) Sabda Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam): “Barangsiapa yang tidak bertegoran lebih daripada tiga (hari), lalu ia mati, maka ia masuk neraka”.
[Hadis Sahih Riwayat Abu Daud]
(3) Sabda Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam): “Barangsiapa yang tidak bertegoran dengan saudaranya (seagama) selama setahun maka (dosanya) seperti membunuhnya”.
[Menurut Imam An-Nawawy Hadis ini sanadnya sahih riwayat Abu Daud]
Huraiannya:
Dari tiga hadis di atas dapatlah kita ambil beberapa kesimpulan sebagaimana berikut:
1. Ketiga-tiga hadis di atas menyatakan betapa besar dosa orang-orang Islam yang saling tidak bertegoran. Hukum tidak bertegoran adalah HARAM. Hukum tersebut digambarkan oleh Nabi (sallallahu alaihi wasalam) pada Hadis (1): TIDAK HALAL; Hadis (2): MASUK NERAKA dan Hadis (3) SEPERTI HUKUM MEMBUNUHNYA.
2. Berdasarkan zahir hadis (1) kita masih dibolehkan tidak bertegoran sekiranya tidak melebihi daripada tiga malam. Dengan kata lain adalah tidak haram hukumnya kalau kita tidak bertegoran pada hari pertama, kedua dan ketiga. Mengapa? Karena Islam mengakui bahwa sifat marah adalah fitrah atau naluri (sifat semulajadi) bagi setiap insan. Dan diharapkan rasa marah atau permusuhan yang berlaku antara sesama mereka akan hilang setelah tiga hari.
3. Dalam hadis (1) juga menyatakan bahwa mereka bertemu lalu saling memalingkan muka. Jadi hukum haram karena tidak bertegoran tersebut tidaklah dikenakan ke atas orang yang tidak saling bertemu walaupun melebihi dari tiga hari.
4. Jika kejadian di atas benar-benar menimpa dalam pergaulan di antara kita, maka dalam hal ini siapakah di antara kita termasuk orang yang paling baik? Hadis (1) menjawab: Yang paling baik ialah orang yang lebih dahulu ingin memulihkan hubungan baik di antara mereka.
5. Inilah dalil yang digunakan oleh Imam Syafi’i dan Imam Malik bahwa ucapan Salam boleh menamatkan persengketaan dan menghapuskan dosa orang berkenaan. Tetapi Imam Ahmad Bin Hanbal dan Ibnu Al-Qasim Al-Maliki pula berpendapat: Ucapan salam tidak dapat menamatkan persengketaan itu jika dia yang menjadi punca persengketaan. Adapun jika yang berkenaan berkirim surat, dalam hal ini ada dua pandangan; Pertama: Dosanya tidak terhapus, karena tidak diucapkan; kedua: Terhapus dosanya, karena rasa bencinya telah hilang. Dan inilah pendapat yang lebih kuat.
6. Sabda Nabi (sallallahu alaihi wasalam) dalam hadis (1): “Tidak halal bagi seorang muslim”. Berdasarkan zahir hadis ini maka orang kafir dikecualikan daripada ketentuan hukum tersebut. Tetapi Imam Nawawy dalam Syarah Shahih Muslim, jld V, hal. 425 lebih condong kepada pendapat: Termasuk orang-orang kafir. Hanya di sini disebut muslim karena hanya muslim yang menerima arahan syara’ dan mengambil manfa’atnya.
7. Hukum haram tidak bertegoran kalau melebihi tiga malam sebagaimana yang diungkapkan di atas adalah terbatas jika kejadian itu berlaku tanpa sebab yang munasabah. Contoh: Tidak bertegoran hanya karena perbedaan pendapat dalam hal-hal furu’ (cabang agama) atau kecuaian menunaikan hak dan kewajipan dalam pergaulan. Dia tidak menyangkut hal dan kewajiban dalam pergaulan. Dia tidak menyangkut hal-hal ushul (pokok) yang boleh menjejaskan kemurnian Akidah dan Agama Islam. Tetapi jika perbuatan seseorang secara terang-terangan menghina Islam, menyebar perkara-perkara bid’ah, bergelimang maksiat dan mengikuti hawa nafsu maka hukum di atas menjadi berobah.

Hijraan Yang Dibolehkan:
HIJRAAN artinya tidak bertegoran atau memulaukan. Pada asalnya hukum tidak bertegoran adalah haram atau berdosa. Tetapi kadang-kadang atas sebab-sebab tertentu kita disuruh oleh Islam supaya memulaukan atau tidak menegor sebahagian orang Islam lainnya.
Di bawah ini akan dibawakan beberapa contoh golongan yang patut dipulaukan:
1. Orang-orang yang memperolok-olokkan ayat Allah.
Firman Allah:
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُواْ فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ
Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain.
(Al-An’am 6:68)
Menurut Mujahid: “…orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat kami” dalam ayat di atas ialah orang-orang yang memperkatakan tentang Al-Quran tanpa kebenaran (tidak haq).
Berkata Imam Ath-Thabary daripada ja’far Muhammad Bin Ali: “Janganlah kamu hampiri ahli khushuumat karena mereka adalah orang-orang yang memperolok-olokkan ayat-ayat Allah. Maksudnya: mereka yang memperdebatkan perkara-perkara yang para salaf salih tidak suka memperdebatkannya.
2. Orang-orang Yang Berbuat Zalim
Firman Allah:
وَلاَ تَرْكَنُواْ إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُواْ فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka.
(Huud 11:113)
Maksud “…cenderung kepada orang-orang yang zalim” ialah menggauli mereka serta meredhai perbuatan mereka. Dalam ayat ini kita diingatkan bahwa kecenderungan kita kepada orang orang yang zalim boleh menyebabkan kita disentuh oleh api neraka; Lalu bagaimana dengan orang yang justeru memuja, menyanjung orang-orang yang berbuat zalim?
3. Orang-orang Yang Mengikuti Hawa Nafsu
Di antara contoh orang yang mengikuti hawa nafsu ialah orang-orang yang menafsirkan Al-Quran berdasarkan akal semata-mata. Mereka tidak merasa perlu kepada penafsiran Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) padahal Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) adalah orang yang paling layak dalam menafsirkan Al-Quran karena beliau mendapat bimbingan langsung daripada Allah melalui wahyuNya.
Di antara tafsir Al-Quran berlandaskan hawa nafsu ialah: Sholat yang diwajibkan ke atas umat Islam hanya tiga waktu, anggota wudhu’ bukanlah bahagian aurat yang wajib ditutup, bacaan dalam sholat boleh menggunakan selain bahasa Arab dan lain-lain tafsiran lagi.
4. Orang-orang berbuat bid’ah dan menyebarkan bid’ahnya:
Bid’ah walaupun semuanya membawa keseesatan tetapi derjat kesesatan masing-masingnya tidaklah sama. Ada bid’ah yang boleh membawa kepada kekufuran atau murtad. Dan ada pula bid’ah yang tidak sampai ke derjat kufur.
Terhadap bid’ah yang bersangkutan dengan perkara-perkara cabang (furu’) dan tidak membawa kepada kekufuran atau murtad kita masih boleh bertolak ansur dan saling nasihat-menasihati tetapi terhadap bid’ah yang boleh membawa kekufuran atau murtad kita disuruh supaya memulaukan dan jangan bertegoran dengan mereka.
Contoh-contoh bid’ah yang boleh membawa kekufuran atau murtad seperti i’tikad hulu iaitu mendakwa kononnya Allah bersatu dengan sebahagian makhluk, meyakini kononnya ajaran Islam sudah tidak lagi sesuai untuk umat akhir zaman, atau mendakwa kononnya umat Islam cukup hanya mengucap syahadat pertama (syahadat Tauhid) dan tidak perlu kepada syahadat kedua (syahadat risalah) atau mendakwa kononnya tidak perlu beriman kepada Qadha dan Qadar, dan lain-lain.
Sebenarnya sungguh banyak dalil bahwa Rasulullah (sallallahu alaihi wasalam) pernah memulaukan sebahagian sahabatnya atas sebab-sebab tertentu. Antaranya: Baginda memulaukan Ka’ab Bin Malik, Murarah Bin Al-Rabi’ dan Hilal Bin Umayyah karena tidak ikut serta perang Tabuk tanpa uzur sehingga datang tobat mereka daripada Allah, Nabi tidak menjawab salam Ka’ab Bin Malik, Nabi tidak menegor salah seorang isterinya selama sebulan, dan lain-lain lagi.
Seorang lelaki yang banyak berbuat bid’ah pernah bertanya kepada Ayyub Al-Sukhtiyany: Ya Aba Bakr, bolehkah aku bertanya kepadamu satu kalimah? Ayyub berpaling sambil menjawab: Tidak, walaupun setengah kalimah! (Syarh Sunnah vol. I, halaman 194)
Bagaimana dengan golongan anti-hadis? Saya yakin dengan berpandukan keterangan di atas setiap kita mampu menyimpulkan tindakan apa yang patut dilakukan terhadap mereka

Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta

Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta: Hadis Nabi Tentang Cinta




Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta
Hadits adalah perkataan dan perbuatan dari Nabi Muhammad SAW. Hadits sebagai sumber hukum dalam agama Islam memiliki kedudukan kedua pada tingkatan sumber hukum di bawah Al-Qur'an. Berikut ini adalah beberapa Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta tentunya berkaitan dengan cinta yang dirangkum dari berbagai sumber. Semoga dengan mengetahui dan mengamalkan hadits-hadits tentang cinta ini, kita dapat mejadi orang yang lebih baik.



1. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Barang siapa yang mencintai karena Allah, membenci karena Allah, memberi karena Allah, dan tidak memberi karena Allah. Maka ia sesungguhnya telah memperoleh kesempurnaan iman."



2. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya diantara hamba-hamba Allah itu ada beberapa orang yang bukan nabi dan syuhada menginginkan keadaan seperti mereka, karena kedudukannya disisi Allah."



Sahabat bertanya:

"Ya Rasulullah, tolong kami beritahu siapa mereka?"



Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam menjawab:



"Mereka adalah satu kaum yang cinta mencintai dengan ruh Allah tanpa ada hubungan sanak saudara, kerabat diantara mereka serta tidak ada hubungan harta benda yang ada pada mereka. Maka, demi Allah wajah-wajah mereka sungguh bercahaya, sedang mereka tidak takut apa-apa dikala orang lain takut, dan mereka tidak berduka cita dikala orang lain berduka cita." (H.R. Abu Daud)



3. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:



"Dan sebagian dari dari tanda-tanda kebesaran Nya adalah Dia menciptakan pasangan–pasangan bagi kalian dari jenis kalian, agar kalian merasa tenang pada pasangan kalian dan Dia menjadikan diantara kalian rasa kasih sayang dan cinta. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda bagi orang-orang yang berfikir." (QS. Ar-Ruum: 21)



4. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Hiduplah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan mati. Cintailah sesuatu sesukamu maka sesungguhnya kamu akan berpisah. Berbuatlah sesukamu maka sesungguhnya kamu akan bertemu dengannya." (H.R. Hakim)



5. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda yang artinya sebagai berikut:



"Syirik itu lebih halus dari perjalanan semut yang halus di atas batu licin, di malam gelap gulita dan serendah – rendahnya syirik adalah engkau mencintai seseorang karena kekurangannya dan membenci seseorang karena ke adilannya. Bukanlah agama itu, kecuali cinta dan benci."



6. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya Allah SWT pada hari kiamat berfirman : Dimanakah orang yang cinta mencintai karena keagungan-Ku? Pada hari ini Aku akan menaungi dengan menunggu-Ku dihari yang tiada naungan melainkan naungan-Ku." (H.R. Muslim)



7. Allah SWT. berfirman:



"Pasti akan mendapat cinta-Ku orang-orang yang cinta mencintai karena Aku, saling kunjung mengunjungi karena Aku dan saling memberi karena Aku." (Hadits Qudsi)



8.  Bahwa seseorang mengunjungi saudaranya di desa lain, lalu Allah mengutus malaikat untuk membuntutinya. Tatkala malaikat menemaninya malaikat berkata,



Kau mau kemana?



Ia menjawab, "Aku ingin mengujungi saudaraku di desa ini"

Malaikat terus bertanya, "Apakah kamu akan memberikan sesuatu pada saudaramu?"

Ia menjawab, "Tidak ada, melainkan hanya aku mencintainya karena Allah SWT"

Malaikat berkata, "Sesungguhnya aku diutus Allah kepadamu, bahwa Allah mencintaimu sebagaimana kamu mencintai orang tersebut karena-Nya". (H.R. Muslim)



9. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Tiga perkara, yang barang siapa memilikinya, ia dapat merasakan manisnya iman, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul melebihi cintanya kepada selain keduanya, cinta kepada seseorang karena Allah dan membenci kekafiran sebagaimana ia tidak mau dicampakan ke dalam api neraka." (H.R. Bukhari-Muslim)



10. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya seorang muslim apabila bertemu saudaranya yang muslim, lalu ia memegang tangannya (berjabat tangan) gugurlah dosa keduanya sebagaimana gugurnya daun dan pohon kering jika ditiup angin kencang. Sungguh diampuni dosa mereka berdua, meski sebanyak buih dilaut." (H.R. Tabrani)



11. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Cintailah kekasihmu sewajarnya saja karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi orang yang kamu benci. Bencilah sewajarnya karena bisa saja suatu saat nanti ia akan menjadi kekasihmu." (HR. Al-Tirmidzi)



12. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Demi Dzat yang jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, kalian tidak akan masuk surga sebelum kalian beriman. Kalian tidak akan beriman sebelum kalian saling mencintai. Tidakkah aku tunjukkan kepada kalian mengenai sesuatu yang ketika kalian melakukannya, maka kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian!." (HR. Muslim)



13. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"ya Allah, berilah aku rezeki cinta Mu dan cinta orang yang bermanfaat buat ku cintanya di sisiMu. Ya Allah segala yang Engkau rezekikan untukku diantara yang aku cintai, jadikanlah itu sebagai kekuatanku untuk mendapatkan yang Engkau cintai. Ya Allah, apa yang Engkau singkirkan diantara sesuatu yang aku cintai, jadikan itu kebebasan untuku dalam segala hal yang Engkau cintai." (H R. Al-Tirmidi)



14. Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:



"Sesungguhnya orang-orang yang saling mencintai, kamar-kamarnya di surga nanti terlihat seperti bintang yang muncul dari timur atau bintang barat yang berpijar. Lalu ada yang bertanya, "siapa mereka itu?", "mereka itu adalah orang-orang yang mencintai karena Allah 'Azzawajalla." (HR. Ahmad)



Itulah beberapa Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta, dimana kita bisa mengurai makna dari kata cinta. Mudah-mudahan bermanfaat. Aamiiin 


*** Hadits dirangkum dari berbagai sumber.

Terima kasih telah membaca artikel: Kumpulan Hadis Nabi Tentang Cinta

Sumber:

Catatan Kecilku